Rabu, 24 Februari 2016
Selasa, 23 Februari 2016
Senin, 22 Februari 2016
Kamis, 18 Februari 2016
Rabu, 17 Februari 2016
Selasa, 16 Februari 2016
Senin, 15 Februari 2016
Rabu, 10 Februari 2016
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM - Air Suci Mensucikan
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM
(Mufti Betawi Al Habib Usman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya Al Alawi Al Husaini)
Pasal Ke enam : Air Suci Menyucikan
Artinya Air yang suci menyucikan yaitu air yang belum pernah terkena najis dan yang belum Musta’mal (dipakai untuk berwudhu).
Jikalau air itu sedikit yaitu kurang dari 2 (dua) kullah, maka jika hendak bersuci daripadanya maka jangan dikobok (dicelup) dalam menyuci atau mengambil air wudhu atau mandi, melainkan dengan gayung.
Sebab jika dikobok (dicelup) dengan barang yang ada najisnya kedalam air itu niscaya air itu menjadi najis sekalipun tidak berubah rupanya atau rasanya atau baunya.
Adapun jika dimasukkan tangan didalam air itu oleh yang mengambil wudhu, sesungguhnya membasuh mukanya dengan tidak niat membasuh tangannya di luar tempat air itu, niscaya jadilah air itu Musta’mal.
Adapun jikalau air yang banyak, yaitu sekedar banyaknya tiga ratus lima kati atau yang disebut dua qullah (dalam ukuran liter +/- 216 liter atau perbandingan panjang x lebar x tingginya =60 Cm x 60 Cm x 60 Cm), maka tidak menjadi suatu apa-apa jika di kobok didalamnya, melainkan jika berubah
air itu dengan najis maka jadilah air itu najis. Adapun apabila hilang berubahnya itu maka jadilah air itu suci kembali.
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM - Rukun Iman & Islam
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM
(Mufti Betawi Al Habib Usman bin Abdullah
bin ‘Aqil bin Yahya Al Alawi Al Husaini)
(Mufti Betawi Al Habib Usman bin Abdullah
bin ‘Aqil bin Yahya Al Alawi Al Husaini)
Pasal Ke tiga : Nikmat Islam & Iman
Bahwa Nikmat Tuhan yang paling besar kepada hamba-Nya yaitu Nikmat Islam dan Nikmat Iman, karena amalan-amalan keduanya itu menjadikan manusia masuk syurga dan selamat dari siksa api neraka.
Pasal Ke empat : Rukun Iman
Artinya Iman yaitu percaya pada 6 (enam) rukun, yaitu:
1. Percaya adanya Allah Ta’ala dengan segala I’tiqad (keyakinan) yang wajib bagi-Nya, dan yang mustahil, dan yang harus, sebagaimana telah dinyatakan sekaliannya itu didalam Kitab Sifat Duapuluh.
2. Percaya kepada sekalian Malaikat-malaikat-Nya.
3. Percaya kepada sekalian Kitab-kitab-Nya.
4. Percaya kepada sekalian Rasul-rasul-Nya.
5. Percaya kepada Hari Qiyamat.
6. Percaya kepada takdir Allah Ta’ala atas tiap-tiap sesuatu kejadian.
Sebagaimana telah tersebut satu persatunya itu di dalam Kitab Sifat Duapuluh.
Pasal Ke lima : Rukun Islam
Artinya Islam yaitu menerima dan menjunjung (menjalankan) akan segala perintah Allah Ta’ala dengan mengamalkan segala rukun-rukunnya. Rukun Islam 5 (lima) perkara, yaitu:
1. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, dengan mengerti arti keduanya seperti yang telah tersebut di dalam Kitab Sifat Duapuluh.
2. Mendirikan Shalat lima waktu.
3. Memberi Zakat jika ada hartanya yang diwajibkan zakat atasnya.
4. Puasa pada bulan Ramadhan.
5. Pergi Haji jika mampu pergi padanya.
Senin, 08 Februari 2016
Zikir Sirr & Zikir Jahar
Syaikh Abdullah bin Ahmad Azzubaidi bertanya kepada Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad RA, tentang manakah yg lebih utama antara zikir secara sirr (suara pelan) atau secara jahar (suara keras).
Lalu Imamul Haddad menjawab, "Ketahuilah bahwa ulama tasawwuf berbeda pendapat dalam masalah ini. Kesimpulannya adalah, zikir sirr lebih utama bagi orang yg khawatir akan timbul riya' di dalam hatinya, atau khawatir zikirnya akan mengganggu orang yg sedang sholat. Jika perasaan itu tidak terdapat dalam dirinya, maka zikir jahar lebih utama baginya. Karena di dalamnya terkandung amal kebajikan yg lebih banyak dan manfaatnya dapat dirasakan oleh orang lain. Hal itu lebih kuat pengaruhnya terhadap hati.
Bagi orang yg hatinya merasa masih lemah serta belum sempurna kekhusyu'an dan konsentrasinya, maka hendaklah dia berzikir dengan sirr. Dalam sebuah hadis disebutkan, 'Sebaik-baik zikir adalah yg tersembunyi'. Dan banyak pula hadis yg berbicara tentang keutamaan zikir secara jahar.
Maka jelas bagi kita bahwa masing-masing memiliki kelebihan dan keutamaan. Hal itu sangat bergantung dengan keadaan dan kondisi seseorang. Seorang yg berzikir hendaknya memperhatikan jenis zikir yg lebih baik bagi dirinya serta lebih menenteramkan hati dan sesuai dengan keadaannya. Wallahu a'lam."
Jumat, 05 Februari 2016
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM - Kewajiban Menuntut Ilmu
IRSYADUL ANAM FI TARJAMATI ARKANIL ISLAM
(Mufti Betawi Al Habib Usman bin Abdullah
bin ‘Aqil bin Yahya Al Alawi Al Husaini)
Pasal Ke satu : Kewajiban Menuntut Ilmu.
Wajib atas tiap-tiap mukallaf yakni aqil baligh, bahwa ia menuntut
ilmu segala pekerjaan agama yang wajib atasnya. Demikian pula wajib atas seorang bapak atau suami bahwa ia mengajarkan yang demikian itu akan anak-anaknya atau istrinya.
Adapun jikalau keduanya itu tidak dapat mengajarkan mereka itu, maka wajib menyerahkan kepada seorang pengajar. Jika yang belajar itu perempuan maka yang mengajarkannya pun perempuan, melainkan jikalau tiada didapat guru perempuan, maka boleh guru laki-laki, akan tetapi syaratnya aman daripada fitnah, lagi wajib pakai dinding/pembatas antaranya.
Pasal Ke dua : Arti Balligh.
Artinya Balligh yaitu cukup umurnya 15 tahun qamariah (hijriah), yakni hitungan bulan-bulan Islam, sama saja anak laki-laki ataupun perempuan. Demikian pula jika keduanya itu mendapat mimpi jima’ hingga mengeluarkan air mani sejak berumur sembilan tahun atau lebih. Demikian pula anak perempuan jika mendapatkan haid (menstruasi) sejak berumur sembilan tahun atau lebih.
Kamis, 04 Februari 2016
WUDHU RASULULLAH SAW
“Kudengar Rasulullah SAW bersabda : “Tiadalah seorang berwudhu dengan memperindah (wudhu dengan sebaik-baiknya semampunya), lalu shalat dua rakaat (sunnatul wudhu), kecuali Allah telah mengampuninya antara wudhunya dan shalatnya hingga ia melakukan shalatnya” (Shahih Bukhari)
"Rasulullah SAW keluar dari jamban, maka dihidangkan kepadanya makanan. Kemudian para sahabat berkata : `Apakah kami perlu menyediakan bagi Anda air wudhu?' Beliau menjawab : "Sesungguhnya aku disuruh berwudhu apabila aku akan melakukan shalat."
"Rasulullah SAW keluar dari jamban, maka dihidangkan kepadanya makanan. Kemudian para sahabat berkata : `Apakah kami perlu menyediakan bagi Anda air wudhu?' Beliau menjawab : "Sesungguhnya aku disuruh berwudhu apabila aku akan melakukan shalat."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Isma'il bin Ibrahim, dari Ayyub, dari Ibnu Mulaikah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
"Kubaca dalam Taurat bahwa berkah makanan itu karena berwudhu sebelum makan dan berwudlu sesudahnya". Hal tersebut kukatakan kepada Nabi SAW dan kukabarkan apa yang pernah kubaca dalam Taurat itu, maka Rasulullah SAW bersabda : "Berkah makanan itu disebabkan berwudhu sebelum makan serta sesudahnya."
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari `Abdullah bin Numair, dari Qeis bin Rabi'*. Hadist ini pun diriwayatkan pula oleh Qutaibah, dari `Abdul Karim al Jurjani, kedua riwayat itu bersumber dari Qeis bin Rabi', dari Abi Hisyam Adahzadan yang bersumber dari Salman r.a.)
• Qeis bin Rabi' menurut Ibnu Ma'in periwayatannya dla'if namun diterima oleh Ibnu Majah dan Abu Daud.
DO'A RASULULLAH SAW. SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN
"Pada suatu hari, kami berada di rumah Rasulullah SAW, maka Beliau menyuguhkan suatu makanan. Aku tidak mengetahui makanan yang paling besar berkahnya pada saat kami mulai makan dan tidak sedikit berkahnya di akhir kami makan." Abu Ayub bertanya : "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya hal ini bisa terjadi?" Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya kami membaca nama Allah waktu akan makan, kemudian duduklah seseorang yang makan tanpa menyebut nama Allah, maka makannya disertai syetan."
(Diriwayatkan oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai'ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad bin Jandal al Yafi'I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari r.a.)
(Diriwayatkan oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai'ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad bin Jandal al Yafi'I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari r.a.)
"Rasulullah SAW bersabda :"Bila salah seorang dari kalian makan, tapi lupa menyebut nama Allah atas makanan itu, maka hendaklah ia membaca :"Bismillahi awwalahu wa akhirahu." (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al `Aqili, dari `Abdullah bin `Ubaid bin `Umair, dari Ummu Kultsum*, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al `Aqili, dari `Abdullah bin `Ubaid bin `Umair, dari Ummu Kultsum*, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
• Ummu Kultsum binti `Uqbah bin Abi Mu'ith al Umawiyah, adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dan ia merupakan saudara seibu `Utsman bin Affan r.a.
"Apabila Rasulullah SAW selesai makan, maka Beliau membaca : "Alhamdulillahilladzi ath'amana wa tsaqana wa ja'alana muslimin." (Segala puji bagi Allah Yang memberi makan kepada kami, memberi minum kepada kami dan menjadikan kami orang-orang islam).
(Diriwayatkan oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri dari Abu Hasyim, dari Ibnu Isma'il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin `Ubaid), yang bersumber dari Abu Sa'id al khudri r.a.)
(Diriwayatkan oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri dari Abu Hasyim, dari Ibnu Isma'il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin `Ubaid), yang bersumber dari Abu Sa'id al khudri r.a.)
"Adapun Rasulullah SAW, bila hidangan makan telah diangkat dari hadapannya, maka beliau membaca : "Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ghaira muwadda'iw wa la mustaghnan `anhu Rabbana." (Segala puji bagi Allah, puji yang banyak tiada terhingga. Puji yang baik lagi berkah padanya. Puji yang tidak pernah berhenti. Dan puji tidak akan mampu lisan menuturkannya, ya Allah Rabbal `Alamin)
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa'id, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'danyang bersumber dari Abu Umamah r.a.)
Langganan:
Postingan (Atom)